HK News

Foto

Berawal dari Kepedulian Membentuk Sebuah Kumpulan Menjaga Ingatan Sejarah

TARAKAN - Kota Tarakan merupakan salah satu wilayah yang merupakan area pertempuran perang dunia terbedar kedua di Asia Pasifik. Tidak heran jika Kota Tarakan dijuluki sebagai Pearl Harbournya ndonesia. Mengingat banyaknya peristiwa pertempuran penting pernah terjadi di Kota kecil bagian Utara Kalimantan ini.

Dengan banyaknya histori pertempuran yang terjadi di Kota Tarakan, tak ayal Tarakan menyimpan ratusan situs sejarah perang yang menjadi saksi kelam masa perang dunia kedua tersebut. Meski demikian, sangat disayangkan ratusan situs tersebut saat ini sudah tidak terawat karena kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat. Sehingga hal tersebut menimbulkan kepedulian dari sekelompok masyarakat. Hal itulah yang menjadi cikal bakal terbentuknya komunitas Tarakan Tempoe Doeloe (TTD).

"Terbentuknya Tarakan Tempoe Doeloe ini jadi waktu itu adanya sekelompok anak muda, yang memiliki latar belakang berbeda dan memiliki latar belakang yang sama yaitu peduli terhadao sejarah. Yaitu sejarah perang dan sejarah industri perminyakan. Waktu itu kami sering ngumpul muncul pikiran membentuk TTD ini. Akhirnya, TTD ini terbentuk di tahun lalu,"ungkap Nor Fadly Juliansyah Ketua TTD Tarakan. (17/1).

Ia menerangkan, awalnya komunitas TTD hanya beranggotakan 20 orang saja. Meski demikian, seiring waktu berjalan anggota TTD mulai bertambah dan hingga kini mencapai seratus anggota.

"Awalnya kami cuma beranggotakan 20 orang tapi akhirnya seiring berjalan waktu anggota kami semakin bertambah hingga saat ini anggotanya terdaftar sekitar seratus lebih. Kagiatan sejauh ini kami melakukan bersih-bersi di situs-situs sejarah dan juga aktif untuk kegiatan sosial seperti pengalangan dana korban bencana dan lain-lain,"ucapnya.

"Kami sudah mengunjungi semua hampir situs sejarah di Tarakan baik yang tercatat di arsip pemerintah maupun tidak. Salah satu spot baru yang kami pernah temukan adalah bunker di bukit agas posisinya di belakang Pomal Gunung Lingkas,"sambungnya.

Selain aktif melakukan kegiatan perawatan situs sejarah, Komunitas TTD juga melakukan eksplorasi mencari situs baru yang belum tercatat dalam arsip pemerintah. Pencarian tersebut dilakukan dengan membangun komunikasi bersama pihak internasional dalam mencari situs yang pernah terdaftar.

"Di TTD juga kami ada tim edukasi dan eksplor tugas mereka memang mencari beberapa refrensi. Karena kami juga berhubungan dengan pihak luar dari situs-situs internasional mereka punya peta yang menunjukan bungker yang ada di Tarakan. Jadi kami, mencocokan dengan peta Tarakan sekarang dan kami coba tracing,"tuturnya.

Dengan masih banyaknya situs sejarah yang terbengkalai, ia berharap pemerintah dan masyarakat dapat membuka mata terhadap hal tersebut. Karena menurutnya situs sejarah bukan hanya sekadar saksi bisu kelamnya lerang dunia kedua, melainkan juga menjadi identitas kota Tarakan.

"Sejauh ini kami melihat masih kurangnya kepedulian masyarakat terhadap situs sejarah di Kota Tarakan khususnya situs sejarah peninggalan dunia kedua. Sehingga kami berharap kita semua masyarakat Tarakan turut aktif dan peduli terhadap situs sejarah. Karena walau bagaimana pun itu merupakan identitas kita,"pungkasnya.(*) 


0 Comments

leave a reply

Recent Posts

Hot News

Categories