HK News

Foto

Meski Terhalang Pandemi Covid-19, Promosi Uang Digital Dinilai Cukup Berhasil

TARAKAN - Sejak diperkenalkannya di awal tahun 2020 berbagai sistem pembayaran digital pelan-pelan mulai mendapat tempat di hati masyarakat. Hal tersebut dibuktikan, dengan bertambahnya layanan pembayaran digital pada berbagai usaha makro masyarakat.

Sehingga, di masa pandemi yang tak kunjung berakhir sebagian orang menganggap saat ini merupakan peluang uang digital dalam menjadi pilihan utama. Saat dikonfirmasi, pengamat ekonomi Dr Margiyono S.E, M.Si menuturkan diperkenalkannya sistem pembayaran digital sejak awal 2020, membuat masyarakat tidak memerlukan waktu yang lama dalam beradaptasi. Sehingga menurutnya, secara perlahan uang digital dapat menjadi pilihan utama masyarakat.

"Tidak dapat dipungkiri, kemudahan bertransaksi dan memberikan kenyamanan serta keamanan di masa pandemi, membuat uang digital perlahan mampu mencuri hati masyarakat. Di momen saat ini masyarakat dapat merasakan langsung bagaimana tujuan dari uang digital. Yang awalnya sebagian masyarakat tidak begitu tertarik kemudahan itu, akhirnya terpaksa mencoba dan merasakan langsung perbedaannya,"ujarnya, (14/1).

Lanjutnya, penggunaan Qris juga telah mengubah perilaku masyarakat dalam bertransaksi ke arah yang modern. Hal itu juga tidak terlepas dari upaya sosialisasi yang dilakukan Bank Indonesia (BI) selama ini. Selain itu, menurutnya kondisi covid-19 juga secara tidak langsung berpengaruh terhadap penggunaan uang digital.

"Jadi uang digital kan pertama kali diperkenalkan ke masyarakat sejak munculnya Qris di awal tahun. Penggunaan Qris sendiri ada mengubah perilaku masyarakat dari tradisional, konvensional menjadi masyarakat modern dan efisien karena untuk melakukan transaksi dengan batas tertentu, artinya tidak perlu menggunakan mata uang. Tujuan belakangan ini, bukan lebih kepada effisiensi ekonomi, tetapi menjadi cara meminimalisir penularan covid-19,"tukasnya.

"Karena kalau misalnya si pembeli memegang uang, dan uang itu berpindah tangan ke yang lain maka dikhawatirkan akan menjalar ke masyarakat. Kalau itu kan sebenarnya tujuan accidental, karena program itu atau kebijakan itu direalisasikan, kebetulan juga terjadi covid-19. Beberapa masyarakat memang, sudah mulai menggunakan aplikasi itu, apakah itu LinkAja, GO-PAY, atau QRIS. Di Tarakan mungkin sebagian di Tanjung Selor itu mulai diperkenalkan masyarakat dan digunakan. Dan Kaltara saya berpikir bahwa ini agak penting karena, misalnya di Nunukan atau sebatik mata uang ringgit menjadi alternatif masyarakat transaksi. Kalau masyarakat di Kaltara menggunakan pembayaran virtual akan menggerus penggunaan uang ringgit sebagai transaksi,"sambungnya.

Selain itu, menurutnya jika hal tersebut juga terjadi di perbatasan Indonesia, maka hal tersebut dapat menanggani permasalahan penggunaan 2 mata uang yang selama ini terjadi. Hal itu dikarenakan, masyarakat tidak dapat
lagi menggunakan uang non rupiah saat dibelanjakan.

"Kalau penggunaan uang digital di perbatasan dapat meningkat, maka hal itu akan membuat berkurangnya peran ringgit di perbatasan. Bahkan mungkin ringgit bisa saja tidak lagi digunakan,"tuturnya.

Terkait penggunaan uang digital di Tarakan, menurutnya sejauh ini terus mengalami pertambahan. Selain itu, kebijakan pemerintah yang turut membantu dalam mempromosikan uang digital lewat kebijakan, tentu membuat masyarakat terbiasa dalam beradaptasi. Selain itu, penggunaan uang digital dapat memaksimalkan pendapatan daerah serta meminimalisir kerugian dan memaksimalkan pendapatan daerah.

"Tetapi ada sebuah hal yang menyenangkan, karena pemkot Tarakan sejauh ini cukup gencar melakukan sistem pembayaran digital, tujuannya memang selain itu sebagai visi Kota Tarakan sebagai Smart City, juga mengefensiasi keuangan. Karena dengan pengeluaran link, semua pembayaran semua sistem yang masuk ke kas daerah semuanya terpantau dengan rapi. Dengan demikian, sekecil apapun uang yang masuk akan tercatat dengan rapi,"tuturnya.

"Tetapi kalau menggunakan konvensional selama ini dengan karcis itu kan kita tidak memantau bagaimana tingkat misalnya akurasi dari pencatatan dan parkir atau pajak lainnya. Serta tidak dapat mendeteksi besar kebocoran pendapatan setiap harinya. Dengan demikian, meminimalisir kerugian,"jelasnya

"Memang promosi uang digital. Bahkan promosi itu juga menyasar ke kalangan masyarakat kecil pun juga bantuan sosial yang menyelipkan sistem digital untuk penerimaannya. Kita bisa lihat program prakerja yang memberikan pilihan penerima menggunakan link aja sebagai wadah menampung insentif. Sehingga hal tersebut membuat masyarakat yang mengikutinya harus menggunakan aplikasi tersebut,"pungkasnya.(*)


0 Comments

leave a reply

Recent Posts

Hot News

Categories