HK News

Foto

Lahan Mangrove Berkurang Signifikan, Pemerintah Kucurkan Rp 1,5 Trilliun untuk Rehabilitasi

TARAKAN - Semakin berkurangnya hutan mangrove di berbagai daerah khususnya Kaltara, tentunya menimbulkan ancaman besar bagi ekosistem dan kehidupan manusia. Sehingga hal tersebut tidak dapat dibiarkan begitu saja.

Melihat kondisi tersebut, sehingga membuat pemerintah melalui Badan Restorasi Gambut dan Manggrove (BRGM) mengucurkan dana sebesar Rp 1, 5 triliun untuk merehabilitasi mangrove pada provinsi salah satunya ialah Kaltara.

Saat dikonfirmasi, Kepala Badan Restorasi Gambut dan Manggrove (BRGM) Hartono menilai dari pantauan satelit hutan bakau atau mangrove telah mengalami pengurangan pesat setiap tahunnya.

"Kalau dilihat di citra satelit banyak hutan mangrove sudah dikonversi menjadi tambak.
Ada 9 provinsi yang mengalami pengurangan hitan Lindung diantaranya  Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat,  Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua Barat dan Papua," ujarnya, (2/6).

Lanjutnya, selain mendapatkan data dari citra satelit,  ia juga mendapatkan informasi dari tokoh masyarakat terkait penggunaan wilayah yang ditumbuhi pohon bakau di beberapa wilayah, salah satunya di Kota Tarakan.

"Sebelumnya saya berkunjung langsung ke beberapa provinsi memantau kondisi hutan manggrove. Dan sejumlah daerah masalah hampir sama karena adanya kegiatan manusia,"terangnya.

Ia menerangkan, nantinya kucuran anggaran tersebut akan digunakan untuk pelatihan dan pendampingan program pembibitan dan penanaman bibit pohon bakau pada kelompok masyarakat pesisir. 

"Setiap daerah penanganannya berbeda, kalau saya lihat di Kaltara kita mesti hati-hati. Karena yang kita kategorikan sebagai mangrove kritis yang perlu direhab ternyata memang di lapangan ada yang sudah berbentuk tambak,"tukasnya.

Ia menyadari, jika sebagian besar pulau pulau di Kaltara, sejak dulu difungsikan sebagai lahan pertambakan sebagai mata pencarian masyarakat.

"Jadi memang rehabilitasi harus dilakukan melibatkan masyarakat yang selama ini menggarap tambak," terangnya.

Adapun informasi lain yang didapatkan ialah   penyebab kerusakan mangrove karena pohon bakau ditebang untuk cerucuk selain untuk lahan tambak.

"Kasus lain, ada yang menebang mangrove  untuk bahan bangunan. Kalau kasusnya ini relatif lebih mudah karena ada solusi penggantinya,"jelasnya.

Lebih lanjut, ia mejelaskan masyarakat sangat terbuka dan bersedia membantu mengembalikan tutupan mangrove, hanya saja untuk lahan pertambakan diakui cukup sulit.

"Sebenarnya masyarakat mau membantu, tapi yang sudah terlanjur menjadi pertambakan nanti akan dibahas lebih lanjut," pungkasnya.(*) 


0 Comments

leave a reply

Recent Posts

Hot News

Categories