HK News

Foto

KNTI Harapkan Jaminan Sosial Segera Direalisasikan Pemerintah Daerah

TARAKAN - Sebagai salah satu daerah penghasil sumber perikanan terbesar di Indonesia, Kota Tarakan patut mengapresiasi seluruh pihak yang berkontribusi dalam pemenuhan hasil perikanan. Salah satunya nelayan tradisional.

Meski bermodal alat penangkap tradisional, namun peran nelayan dalam mencukupi kebutuhan ikan masyarakat tidaklah dapat dipandang remeh. Meski demikian, banyaknya kasus kecelakaan laut yang dialami nelayan menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi nelayan tradisional. Sehingga para nelayan berharap adanya jaminan sosial bagi mereka jika terjadi musibah saat melaut.

Saat dikonfirmasi, Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Rustan mengungkapkan, kembali terjadinya musibah hilangnya salah satu nelayan cukup membuat para nelayan tradisional khawatir. Sehingga ia dan nelayan tradisional lain berharap adanya jaminan sosial pada nelayan agar keluarga nelayan menyambung hidup jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.

"Kalau benar, kami tentu sangat bersyukur kalau pemerintah mau mengakomodir hal-hal terkait jaminan sosial nelayan. Karena saat ini sudah banyak sekali kecelakaan di laut yang menimpah teman-teman nelayan tanpa adanya santunan pemerintah,"ujarnya, (28/5).

Adanya komitmen pemerintah daerah terhadap jaminan sosial nelayan tersebut, memberikan semangat bagi para nelayan. Mengingat, meski sebagian kecil nelayan telah mengikuti asuransi mandiri, namun sebagian besar nelayan belum dapat mengikuti program asuransi karena minimnya penghasilan.

"Kalau kami sebenarnya maunya disubsidi 100 persen. Karena memang sejauh ini ada namanya asuransi mandiri. Itu inisiatif nelayan, untuk memberikan jaminan diri sendiri saat terjadi musibah. Tapi tidak semua nelayan mampu mengikuti asuransi mandiri ini.

Jadi bagaimana nasib nelayan yang tidak ikut asuransi mandiri itu seperti pak Sudirman nelayan yang hilang itu tidak ikut asuransi Mandiri,"terangnya.

"Karena tidak semua nelayan penghasilannya cukup. Mungkin yang cukup nelayan kategori petambak saja. Tapi kalau nelayan tradisional sebagian besar penghasilannya tidak menentu. Bagaimana mau ikut asuransi sementara dapat hasil buat makan saja sudah syukur,"sambungnya.

Ia menerangkan, saat ini tercatat sedikit 3 ribu nelayan di Kota Tarakan. Meski demikian, nelayan yang telah mengikuti asuransi terlapor hanya sekitar 1000 saja. Sehingga 2000 nelayan lainnya, masih belum memiliki asuransi saat melaut.

"Kalau nelayan yang aktif dari berbagai 15 alat tangkap itu sekitar 3 ribuan. Sedangkan dari catatan asuransi mandiri yang ikut asuransi hanya 1000. Jadi masih ada 2 ribuan nelayan yang tidak memiliki asuransi,"terangnya.

"Saya kira kalau pemerintah memberikan perhatian besar hal ini, kami sangat berterima kasih dan cukup senang. Mengingat kami mencari ikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat juga. Meskipun hasil satu nelayan tidak seberapa, tapi kalau 3000 ribuan nelayan ini tidak mencari ikan, stok ikan di pasar pasti kurang,"tukasnya.

Ia mencontohkan sikap pemerintah di salah satu daerah di Sulawesi Utara yang sangat menghargai nelayannya. Menurutnya, sebagai daerah penghasil sumber perikanan terbesar seharusnya Kaltara khususnya Kota Tarakan dapat mengapresiasi peran nelayan.

"Sepengetahuan kami ada beberapa provinsi yang cukup memberikan perhatian bagi nelayannya. Seperti Sulawesi Utara, mengingat sebagian besar penduduknya pelaut dan pemerintahnya juga berasal dari keluarga pesisir sehingga nelayan di sana benar-benar diperhatikan,"tuturnya.

"Apalagi Kota Tarakan yang merupakan daerah penghasil sumber perikanan terbesar ini seharusnya memperhatikan nasib nelayan. Karena nelayan memiliki peran dan berkontribusi menyumbang PAD. Sehingga kami memang benar-benar membutuhkan perhatian pemerintah,"tutupnya.(*) 


0 Comments

leave a reply

Recent Posts

Hot News

Categories