HK News

Foto

Waspadai Masuknya Mutasi Covid-19, Begini Usulan IDI Kaltara

TARAKAN - Munculnya tsunami covid-19 di India membuat sebagian besar negara cukup mewaspadai hal tersebut. Terlebih, virus covid-19 di India merupakan jenis mutasi baru dan telah tersebar ke berbagai negara. Sehingga dibukanya kembali arus transportasi dikhawatirkan dapat menjadi jalan masuknya mutasi virus tersebut secara masif.

Saat dikonfirmasi, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltara dr Franky Sientoro Sp.A menerangkan, dibukanya arus transportasi antar wilayah tentu cukup berpotensi menjadi jalan penularan covid-19 secara masif. Meski demikian, untuk arus keberangkatan di wilayah Kaltara, masih terlihat cukup aman terhadap potensi penularan covid-19. Namun, hal yang perlu dikhawatirkan adanya kedatangan dari luar Kaltara.

"Tentu sangat berpotensi. Yang dikhawatirkan adalah arus kedatangan. Inilah termasuk alasan kenapa pemerintah sebelumnya melarang masyarakat mudik karena dilakukannya mudik, pasti ada arus balik. Nah, arus balik ini juga yang berpotensi  meluasnya penularan covid-19. Masyarakat di suatu daerah akan beresiko  membawa ke daerah lain. begitu pun sebaliknya," terangnya, (18/5).

Ia menuturkan, hal yang paling dikhawatirkan ialah masuknya virus dari negara tetangga akibat dibukan transportasi. Apalagi, saat ini penularan covid-19 mutasi baru sedang berkembang di beberapa negara.

"Tentu potensi penularan sangat besar, Sehingga itu perlu jadi perhatian terutama di daerah yang berbatasan dengan provinsi atau batas negara,"tukasnya.

Sehingga menurutnya, pemerintah dapat menciptakan terobosan pengawasan bagi sejumlah pemudik dari kategori tertentu. Semisal mewajibkan pengaktifan Share lock pada warga yang baru datang agar pemerintah dapat melacak posisi warga yang diduga terpapar covid-19.

"Sejak tahun lalu kan masyarakat yang melakukan perjalanan diwajibkan memiliki  aplikasi eHac. Mungkin sekarang pemerintah dapat menambah dengan mewajibkan pengaktifan Share loc supaya warga yang baru datang bisa dipantau pergerakannya,"terangnya.

"Sekarang bagaimana jika pemudik ini sudah terlanjur datang untuk mengendalikannya. Jadi di samping mereka yang datang harus PCR Antigen, kemudian dimonitor dalam 1 minggu, dicatat lokasinya dia tinggal di mana dan beri pantauan. Bila dalam satu minggu ada gejala batuk, pilek atau ISPA, maka diwajibkan periksa kembali,"jelasnya.

Selain itu, menurutnya diperlukan sikap tegas dalam menindak setiap kegiatan yang melanggar protokol kesehatan. Karena menurutnya, sejauh ini masih banyak kegiatan yang tidak menerapkan protokol lolos dari sanksi. Sehingga hal itulah yang membuat tidak ada efek jera.(*) 


0 Comments

leave a reply

Recent Posts

Hot News

Categories