HK News

Foto

Banyak Daging Ilegal Beredar, IDI Kaltara Jelaskan Bahaya Konsumsi Daging Tidak Higienis

TARAKAN - Masih banyaknya daging Alana ilegal yang beredar di pasaran setiap tahun, khususnya menjelang perayaan Idul Fitri, membuat pemerintah mengimbau masyarakat agar tidak membeli daging yang tidak resmi tersebut. Hal itu disebabkan lantaran daging Ilegal diduga tidak memiliki jaminan kehigienisan karena diyakini tidak disimpan dalam suhu tertentu.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltara dr Franky Sientoro menerangkan, meski pihaknya tidak dapat menyimpulkan kehigienisan daging yang di jual di pasaran, namun ia memperingatkan bahayanya mengonsumsi daging yang tidak higienis. Apalagi, konsumsi yang dilakukan dalam jangka waktu panjang.

"Pertama posisi menetapkan standar penyimpanan daging untuk keamanannya itu menjadi ranah BPOM, tetapi saya sebagai dokter dari IDI, mengatakan bahwa salah satu tempat kuman yang sangat cepat berkembang ada pada daging, selain telur. Jadi kalau memang daging ini tidak disimpan sesuai standar yang ditetapkan maka daging ini bisa menjadi sarana pertumbuhan kuman dan bakteri yang berbahaya," ujarnya, (27/4).

Ia menerangkan jika dampak dari mengonsumsi daging tidak higienis dapat menyebabkan infeksi pada organ tubuh. Sehingga hal tersebut dapat pemicu baik keluhan ringan bahkan hingga pada penyakit berat seperti kanker jika dikonsumsi secara terus menerus.

"Dampak mengonsumsi daging tidak higienis dari yang ringan seperti diare atau gangguan pencernaan lainnya. Kalau dikonsumsi dalam waktu jangka panjang dalam artian terus menerus maka ini bisa menimbulkan penyakit pada tubuh kita karena dapat menyebabkan infeksi pada salah satu organ. Oleh karena itu banyak penyakit berasal dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari secara terus menerus," terangnya.

Selain itu, dijelaskannya oleh karena itu pemindahan komoditi konsumsi hewani maupun hasil alam harus melalui proses yang ketat sampai dapat masuk dalam sebuah daerah.

Dijelaskannya, mengingat potensi penyebaran virus cukup besar melalui kedua komoditi tersebut sehingga pemeriksaan harus dilakukan secara ketat.

"Selain itu resiko pemindahan penyakit. Karena kita ketahui, dari luar negeri sangat beresiko masuknya sebuah virus dalam makanan dari satu negara ke negara lain. Khususnya daging, sayur, buah-buahan atau hewan peliharaan. Makanya kalau mau mengirim komoditi harus dicek di karantina dulu," tukasnya.

"Saya beri contoh, semua makanan harus ada pemberitahuan. Baik makanan diawetkan atau belum termasuk hewan ternak. Makanan dan hewan ini cukup rawan menjadi sarana penyebaran virus,"ucapnya.

Sebelumnya, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindagkop) Kaltara mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah membeli daging dengan harga murah di pasaran. Mengingat hal tersebut terindikasi merupakan daging ilegal dimaksudkan.

Melalui Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Disperindagkop dan UMKM) Provinsi Kaltara, Hasriyani menjelaskan, hal tersebut dikarenakan sejauh ini ciri daging ilegal dan legal tidak dapat dibedakan secara fisik lantaran daging Alana ilegal memiliki kemasan dan merk yang sama dengan daging Alana legal. 

Hanya saja, yang membedakan adalah proses penyimpanan daging pada suhu tertentu. Sehingga daging ilegal dikhawatirkan tidak memenuhi standar keamanan dan kehigienisan saat dikonsumsi.

"Membedakannya daging beku ilegal dijual dengan harga jauh lebih murah dari yang resmi. Daging Alana ilegal biasanya masuk ke Tarakan lewat Tawau. Kehigienisan diragukan, karena daging harus disimpan dalam suhu yang stabil untuk menjaga kualitas," tuturnya.

Ia menyebut, daging resmi Alana dijual dengan harga Rp 90 ribu per kilogram, sedangkan yang ilegal di bawah harga tersebut. Sehingga, ia menegaskan jika terdapat daging Alana dijual di bawah harga Rp 90 ribu maka kemungkinan besar daging tersebut ilegal.

“Harga daging lokal tidak bersaing dengan daging ilegal dari tawau, karena jelas lebih murah dan masyarakat perlu tahu bahwa yang ilegal ini kehigienisan.(*) 


0 Comments

leave a reply

Recent Posts

Hot News

Categories