TARAKAN - Adanya rencana pemerintah dalam melakukan strategi pembangunan proyek mercusuar sepertinya cukup menarik untuk diperbincangkan. Meski demikian, apakah potret kondisi Kaltara saat ini dapat mendukung impian pemerintah dalam memajukan provinsi Kaltara.
Menanggapi hal tersebut, Praktisi ekonomi Dr Margiyono S.E, M.Si berpendapat jika saat ini Kaltara mengalami masalah serius dalam waktu jangka panjang mendatang. Sehingga proyek mercusuar dapat menjadi opsi untuk mendatangkan investor masuk. Meski demikian, hal tersebut tentunya tidak dapat dilakukan dengan mudah dan dengan cara yang biasa. Mengingat, untuk mewujudkan rencana itu, secara teoritis dan hal tersebut terlihat cukup sulit dari pandangan ekonomi.
"Saat ini Kaltara mengalami hal serius dalam perekonomiannya. Mengapa demikian, karena ada beberapa persoalan yang bersumber dari internal atau dari eksternal. Jadi kalau bersumber dari internal Kaltara identik dengan Kaltim di mana perekonomian mengalami fase kemunduran yang menuju ketidakberlanjutan. Mengapa saya katakan begitu, seperti halnya Kaltim dulu mengalami fase sangat makmur kemudian sekarang pertumbuhannya minus,"ujarnya, kemarin (17/1).
"Mengapa Kaltim minus, hasil Kaltim awalnya didorong oleh sektor kehutanan dan setelah dieksploitasi kayu ini mulai menipis. Kemudian masuk ke fase minyak, di setiap daerahnya menjadi lumbung minyak setelah minyak menipis beralih ke gas. Setelah ke gas bergeser lagi ke batu bara. Jadi sekarang kita sampai ke titik yang tidak berkelanjutan yang agak sedikit mengkhawatirkan,"sambungnya.
Menurutnya kondisi yang terjadi di Kaltim juga berpotensi dialami adiknya yakni Kaltara. Dengan sumber daya yang sama dan minim terobosan Kaltara juga diprediksi akan bernasib seperti Kaltim jika tidak berbenah.
"Karena pertanyaannya kalau batu bara menipis, apalagi setelah itu. Nah fase itu sebenarnya persis sama dengan yang terjadi di Kaltara. Kaltara juga mengalami jebakan di mana, ekonominya adalah pada titik jenuh di mana kayu mulai menipis, minyak mengering, dan saya pikir saat ini gas telah menipis. Indikasinya apa, karena suplai untuk PLN juga kadang-kadang tidak mampu memenuhi kapasitasnya. Sekarang masuklah ke batubara, setelah batubara ini akan ke mana. Itu pertanyaan besar yang harus dijawab,"tuturnya.
Menurutnya, Pemerintah Kaltara seharusnya tidak melakukan hal biasa-biasa saja. Karena sejarah teoritis, Kaltara memiliki peluang kecil jika hanya mengikuti kondisi yang ada. Dibutuhkan terobosan berani dan gila untuk mengebrak ekonomi dan mengubah situasi saat ini.
"Kemudian persoalan internal yang bersifat fungsional. Yang bersifat fungsional adalah setiap investasi di mana pun, itu mensyaratkan adanya produksi dan konsumsi. Persoalannya di Kaltara adalah konsumsi yang terbatas. Mengapa terbatas, karena jumlah penduduknya sedikit. Penduduk yang banyak hanya di Tarakan dan selain itu dibawa angka 200 ribu penduduk,"tukasnya.
"Jadi kalau membuka pabrik besar atau industri besar, dihadapkan kepada realitas bahwa tidak akan ada yang beli. Kalau pun ada yang beli itu harus bersaing lagi dengan produk dari Jawa. Itu permasalahan dari fungsional. Belum lagi, permasalahan internal yang lain adalah tingginya biaya. Jadi harga bahan baku kita, upah tenaga kerja kita, harga pangan, harga tanah kita sangat mahal dari daerah lain. Jadi itu akan menyandera kita,"lanjutnya.
Menurutnya, sejauh ini Kaltara sangat tertinggal jauh oleh provinsi lainnya. Sehingga pemerintah harus memaksimalkan peluang yang ada. Khususnya peluang investor untuk masuk ke Kaltara
"Sementara, ini yang harus kita lihat. Saat ini daerah lain mengalami kemajuan yang signifikan. Kalau misalnya jalan Tol dari Balikpapan ke Samarinda jadi, orang mendirikan pabrik di sepanjang jalan tol aman. Karena jalan tol menuju pelabuhan sehingga cost yang dikeluarkan sangat rendah. Belum lagi investor yang di Jawa, Jakarta sampai Surabaya itu jalan tol jadi sekarang investasi pabrik sangat menjanjikan,"jelasnya.
Berbagai penawaran dengan cost yang jauh lebih murah ditawarkan daerah lainnya. Sehingga hal itu membuat investor enggan melirik Kaltara mengepakkan sayap. Sehingga menurutnya diperlukan regulasi yang tidak hanya menguntungkan konsumen namun juga produsen.
"Jadi artinya bahwa, pilihan investor saat ini pilihannya banyak sekali. Artinya bahwa kemajuan daerah lain tidak bisa kita ikuti. Karena, kita tidak memiliki cukup uang dan kita membutuhkan uang investor. Sementara investor yang ingin ke sini dihadapkan kepada sepinya konsumen. Orang jumlah masyarakatnya sedikit,"tuturnya.
Selain itu, fenomena lainnya ialah semakin berkembangnya teknologi membuat peran manusia perlahan tergantikan. Sehingga tentunya Kaltara dapat melihat ini sebagai peluang untuk membuat investor datang. Meski demikian hal tersebut menciptakan potensi pengangguran.
"Yang Eksternal perekonomian dunia adalah perekomian bergerak kepada fase 4.0, maksudnya sekarang ini industri hanya bersifat padat karya hanya menjadi padat modal. Jadi kita tidak perlu banyak orang, hanya menggunakan mesin dan teknologi lainnya. Perlahan peran manusia akan digantikan teknologi," jelasnya.
"Kita menghadapi persoalan besar dan sangat komplek. Di tempat lain juga daerah lain menawarkan harga cost yang lebih murah. Sehingga pemerintah harus berani melakukan trobosan gila untuk membuat investor tertarik datang ke Kaltara. Mungkin melalui regulasi atau meningkatkan jumlah konsumsi,"ulasnya.
"Selain itu, kenapa pulau Jawa kebanjiran investor. Karena maaf saja di kabupaten atau desa terpencil mereka bisa memproduksi dengan cost rendah dan menghindari maaf saja buruh-buruh yang cerewet. Karena tenaga kerja di desa-desa masih dapat dibayar jauh lebih murah dan mereka sudah bersyukur dengan gaji seperti itu," pungkasnya.(*)
0 Comments