HK News

Foto

idEA Dukung Upaya Digitalisasi UMKM di Kaltara

hariankaltara.com, TARAKAN - Digitalisasi memiliki berbagai tujuan untuk UMKM antara lain digital presence (mudah ditemukan di mesin pencari), e-Commerce (UMKM semakin dikenal, dan dapat mengetahui detail info produk baik di website ataupun platform digital), dan Digital Operation (usaha UMKM semakin tumbuh tinggi dengan penggunaan aplikasi digital).

Terdapat beberapa model bisnis era digital yaitu menjadi produsen, distributor, pengecer, ataupun dropshipper. Berbagai model bisnis tersebut dapat dijalankan melaluiplatform digital sehingga para UMKM tidak hanya tertahan di model bisnis tertentu.

Di tengah pandemi COVID-19, penting mengenal bisnis cara digital antara lain melalui pengenalan produksi visual, mengenalkan e-Commerce, mengenalkan Social Commerce, mengenalkan kekuatan content. Lebih lanjutnya, para pelaku UMKM dapat  mulai mengaktifkan financial technology (fintech) sebagai salah satu metode pembayaran.

Dalam rangka mendukung produk dan inovasi, UMKM era digital sudah berkembang pesat. UMKM bukan hanya barang fisik (fashion, food and craft), tetapi jasa fisik (jasa jahit, jasa servis) juga berkembang di internet. Produk digital (e-book, foto, video, content, grafis) dan jasa digital telah berkembang pesat sebagai basis produk dan layanan digital yang banyak digunakan oleh UMKM penjual produk fisik.

"UMKM perlu melakukan hilirisasi produk dalam rangka semakin bersaing dengan produk lainnya," ujar Wakil Ketua Umum Bidang Government Relation Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA)- Muhamad Rosihan belum lama ini di acara Webinar Bank Indonesia Kaltara.

Dalam hal ini banyak platform e-commerce yang mendukung, memfasilitasi UMKM Produsen/Industri Kecil Menengah (IKM), dan mengolah produk menjadi produk hilir. Fasilitasi IKM membangun nilai tambah produk melalui inovasi pengolahan, pemahaman tentang brand, pembuatan kemasan, standardisasi dan sertifikasi.

"Adapun produk olahan laris manis dijual online karena beberapa faktor, antara lain merek dan tampilan packaging yang kekinian, mempunyai masa jual yang lebih lama, dan mudah dikirim jarak jauh. Dengan demikian, produk olahan terbukti mempunyai daya saing dan daya jual dibandingkan produk konvensional," bebernya.

Dengan adanya edukasi UMKM Go Digital yang tepat lokasi, tepat UMKM, tepat produk, dan tepat model bisnis (tidak hanya sekedar online boarding), pemanfaatan e-Commerce juga dapat memetakan daerah bahan dan daerah olahan.

Untuk mendukung keseluruhan program digitalisasi UMKM, terdapat 3 (tiga) check list kesiapan daerah antara lain:
a) Tersedia koneksi internet, baik seluler maupun cable broadband ;
b) Tersedia jasa transaksi pembayaran dan jasa keuangan, baik bank maupun non bank;
c) Tersedia jasa logistik pengiriman barang.

Keseluruhan check list tersebut dapat dicek langsung oleh para pelaku UMKM melalui aplikasi atau website tertentu agar dalam pengaplikasian e-Commerce dapat maksimal.

Dalam rangka bertahan ditengah pandemi Covid-19, perlu dilakukan shifting dari para pelaku UMKM baik mengganti produk ataupun mengganti channel sesuai dengan tantangan yang didapat oleh masing-masing UMKM. Riset dari Facebook dan Bain & Companyd, ikutip

Southeast Asia Digital Consumer Trends That Shapethe Next Normal menunjukkan bahwa 44% konsumen di Asia Tenggara berbelanja bahan pokok, bahan makanan segar dan dikemas secara online selama pandemi Covid-19. Belanja produk online segar (fresh groceries) meningkat dan menunjukkan bahwa tetap akan menjadi tren saat new normal.

"Pemerintah senantiasa mendukung dan membantu UMKM di era pandemi Covid-19 melalui Program Bangga Buatan Indonesia yang rencananya akan dilaunching oleh Pemerintah pada 1 Juli 2020," jelasnya.

Pada acara kali ini, narasumber juga menyampaikan idEA sangat  mendukung digitalisasi UMKM dan bersedia untuk membantu mendorong para pelaku UMKM di Kalimantan Utara untuk dapat memasarkan produknya secara Nasional.(hk1)


0 Comments

leave a reply

Recent Posts

Hot News

Categories