TARAKAN - Banyaknya Tenaga Kesehatan (Nakes) yang tertular covid-19, menimbulkan pertanyaan apakah pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tarakan, telah sesuai dengan Standar Operasional Pelayanan (SOP) yang diterapkan. Apalagi, banyaknya nakes yang tertular bukan kali pertama terjadi di Kota Tarakan.
Menanggapi hal tersebut, Ketua IDI Kaltara sekaligus Ketua Komite Medik yang wadah koordinasi pelayanan dokter dr Franky Sientoro Sp.A menegaskan jika pelayanan nakes di Kota Tarakan telah dilakukan sesuai SOP covid-19.
Meski demikian, pihaknya belum mengetahui secara pasti penyebab banyak Nakes yang tertular covid-19. Sehingga ia membeberkan jika pihaknya akan membentuk tim khusus dalam mencari fakta terhadap kasus ini.
"Terus terang untuk saat ini kami juga sedang membentuk tim untuk Road Case Analysis untuk mencari tahu apa sih penyebabnya kita sudah lockdown dalam 2 kali ini. 2 bulan lalu Lockdown, sekarang lockdown lagi. Apakah karena kita banyak mengalami penularan covid-19," ujarnya (7/1).
Meski telah menerapkan SOP covid-19, ia tidak menampik kemungkinan potensi kecerobohan SDM pasti ada. Walau begitu, ia tidak berharap indikator penularan terletak pada kesalahan penggunaan APD.
"Mungkin ada kesalahan dari APD, atau interaksi tenaga medis di luar. Kita belum tau indikatornya, tetapi rumah sakit pembanding, atau kota, juga melakukan perawatan tapi kasus penularannya tidak sebanyak RSUD,"terangnya.
Dugaan tidak berasal dari APD cukup kuat mengingat, sejauh ini ada hal ganjil terhadap penularan covid-19 pada Nakes di RSUD Tarakan. Salah satunya ialah, sebagian besar Nakes yang tertular bukanlah Nakes yang menanggani pasien covid-19 secara langsung. Melainkan nakes yang menanggani pelayanan lainnya. Sehingga ia menurutnya, penularan tersebut bisa saja terjadi bukan di rumah sakit.
"Kami juga sedang melakukan persiapan pembentukan, untuk menganalisa apakah penularan ini benar-benar terjadi di rumah sakit atau malah terjadi di tempat lain. Karena sebagian besar nakes yang tertular ini malah bukan nakes yang menanggani pasien covid-19 secara langsung. Tapi nakes yang menanggani pasien covid-19 malah negatif,"terangnya.
"Bisa saja teman-teman nakes itu tertularnya di luar rumah sakit saat berinteraksi di luar dinas. Misalnya sepulang dinas mereka nongkrong di suatu tempat kemudian tertular di sana. Tentu ini harus didalami lagi," sambungnya.
Frangky menegaskan diperlukan tim dalam mencari fakta agar kejadian tersebut tidak terulang untuk kesekian kalinya.
"Jangan sampai ada lockdown ketiga, ini sudah terjadi kedua kali. Maka kita harus menemukan indikatornya. Kami akan melakukan wawancara kepada Nakes yang terpapar dan melakukan tracing," jelasnya.
Terkait datangnya vaksin, ia menegaskan jika vaksin bukanlah sesuatu yang membuat manusia tidak dapat tertular covid-19. Melainkan vaksin hanya meminimalisir penularan dan dampaknya. Sehingga ia menegaskan, jika nantinya nakes tetap menggunakan APD secara SOP meski telah mendapatkan suntikan vaksin.
"Beberapa hasil penelitian, efektivitas vaksin covid ini antara antara 50 sampai 90 persen. Itu pada suntikan pertama mungkin 50 persen, tapi kalau sudah suntikan kedua itu bisa mencapai 90 persen. Meskipun sudah divaksin, tentu resiko penularan masih tetap ada. Hanya saja, vaksin ini bisa meminimalisir potensi penularan dan kalau tertular dampaknya bisa lebih ringan kepada yang terkena," tutupnya.(*)
0 Comments