HK News

Foto

Pelaku Perjalanan Dituding Penyebab Transmisi Lokal, Masyarakat Takut Corona Tapi Abaikan Protokol Kesehatan

TARAKAN - Budaya bebal memang sulit untuk diubah di tengah masyarakat Tarakan. Apalagi selama virus corona mewabah. 

Sebagian masyarakat takut corona tapi abaikan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, cuci tangan dan isolasi mandiri bagi pelaku perjalanan.

Sampai hari ini, tercatat 27 kasus corona di Tarakan. Pelaku perjalanan dari luar Kaltara dituding penyebab kasus konfirmasi positif terus bertambah. Bahkan, sudah terjadi transmisi lokal.

Gugus tugas mengimbau kepada masyarakat yang bepergian ke luar Kaltara, saat kembali ke Tarakan harus melakukan isolasi mandiri selama 14 untuk memastikan diri bebas dari terinfeksi corona ketika berada di luar Kaltara.

Jika tidak ingin isolasi mandiri karena dianggap ribet, maka solusi terbaik bagi pelaku perjalanan untuk uji swab sehingga akan ketahuan apakah terjangkit virus corona atau tidak.

"Walaupun kita tidak melakukan skrining para pelaku perjalanan harus mematuhi protokol kesehatan, kalau tidak membawa hasil swab maka harus isolasi mandiri selama 14 hari. Tidak keluar rumah dan dipantau ketua RT setempat," ungkap Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Tarakan, dr. Devi Ika Indriarti, M.Kes.
 
Transmisi lokal dapat dicegah bila pelaku perjalanan taati protokol kesehatan dengan isolasi mandiri sehingga keluarganya di rumah tidak tertular.

"Kalau dia mematuhi protokol kesehatan isolasi mandiri tidak akan terjadi transmisi lokal, masyarakat tidak patuh terjadilah transmisi lokal seperti yang baru terjadi. Ini harus dipahami masyarakat," jelasnya.

"Ini tugas masyarakat juga di sekitarnya kalau ada pelaku perjalanan tidak isolasi mandiri laporkan ke ketua RT untuk dilakukan pengawasan, kalau tetap tidak mau maka laporkan ke kami agar kami arahkan isolasi ke suatu tempat, inikan langkah terakhir," lanjutnya.

Ia mengharapkan bagaimana masyarakat dapat meningkatkan kesadarannya akan bahaya virus corona karena obat atau vaksinnya belum ditemukan sehingga langkah pencegahan penularan hanya dengan menaati protokol kesehatan.

"Kita takut penularan penyakit tapi kita tidak patuhi protokol kesehatan," kesalnya.
 
Sementara soal skrining kesehatan yang sebelumnya pernah digalakkan tim gugus tugas di pintu masuk seperti bandara, kata dr. Devi, skrining masih tetap dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan.

Perbedaan dengan skrining kesehatan yang dilakukan tim gugus waktu itu adalah lapisan kedua dari KKP.

"Skrining di bandara dilakukan dua kali, pertama dari KKP yang kedua skrining dari dinas kesehatan, tapi sejak 1 Agustus kita menerapkan adaptasi kebiasaan baru dan kita tidak bisa melakukan karantina sentral karena keterbatasan sumber daya tenaga dan dana," urainya. 

Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tarakan, A. Hidayat menegaskan skrining di bandara oleh KKP dibantu petugas bandara masih tetap dilaksanakan.

"Untuk keberangkatan masih dilakukan validasi hasil pemeriksaan rapid tes dan pengukuran suhu. Sedang di kedatangan pemeriksaan suhu dan HAC/e-HAC," ujarnya.(hk3)
 


0 Comments

leave a reply

Recent Posts

Hot News

Categories