HARIANKALTARA.COM— Seiring majunya zaman, kini transportasi umum pun ikut berinovasi untuk mendapat perhatian masyarakat. Keberadaan Taksi Online (Taksol) kini ikut menghiasi jalanan Kota Tarakan dengan kehadiran Grab. Sayangnya, terjadi pro kontra akan kedatangan Grab di Kota Tarakan, terutama dari para penyedia jasa transportasi umum lainnya.
Dikonfirmasi hal ini, Komisioner KPPU RI, Saidah Sakwan MA menilai keberadaan taksol saat ini merupakan fenomena disruptive innovation. Yakni inovasi yang membantu menciptakan pasar baru, mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada, dan pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu tersebut.
“Inovasi yang melabrak yang terdahulu dan ini wajar, yang lama merasa terganggu dengan pendatang. Ini menjadi tantangan bagi pendahulu bahwa para innovator (pendatang) lah yang akan memenangkan persaingan,” kata Saidah kepada awak media.
Dirinya mengibaratkan keberadaan Uber yang akhirnya tergusur dengan adanya Go-jek yang saat ini hampir menguasai pasar transportasi umum karena memiliki inovasi dan strategi untuk menarik pelanggan. Saidah mengatakan jika nantinya pesaing yang tidak bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman, bisa tergusur dari pasaran layaknya Uber.
“Tidak bisa dipungkiri kalau innovator akan jadi pemenang. Dan yang kalah pasti akan check out dari pasar seperti Uber. Kita berharap para incumbent (terdahulu) ini melakukan konsolidasi, mau tidak mau harus ikut berinovasi agar tidak terlindas,” pungkasnya lagi.
Saidah menyarankan agar transportasi umum lama ikut berkembang, berinovasi dan tidak menarik innovator baru untuk seimbang dengan mereka. Selain itu, Saidah juga menyarankan pemerintah untuk me-review (mengkaji ulang) Undang-undang transportasi, keuangan, perbankan dan lainnya kemudian untuk diadaptasi seiring perkembangan zaman. Dirinya menyayangkan transportasi online yang harus beradaptasi dengan regulasi transportasi konvensional.
“Masalah utama dari regulator adalah ada kegagapan di dalam membuat kebijakan. Ini sudah era digital, tapi para regulator menganggap dirinya masih disituasi non-digital. Bukan kemudian yang digital ditarik ke konvensional, tapi harusnya konvensional melakukan tranformasi ke digital, ini kebalik. Masyarakat kan ingin pelayanan yang terbaik,” tutupnya.
Bukan hanya dari satu bidang, namun juga dalam segala bidang usaha, Saidah menyarankan semuanya harus bisa beradaptasi dan berinovasi seiring dengan kemajuan zaman. (HK3)
0 Comments